Apakah ilmu itu, sungguh merupakan
pertanyaan yang tidak mudah dijawab. Jawaban dari pertanyaan tersebut tidaklah
sekedar definisi secara langsung, tetapi lebih daripada itu, yaitu lebih pada
upaya kita untuk mencari dan membicarakan mengenai ide-ide ataupun
gagasan-gagasan dan wawasan-wawasan tentang ilmu pengetahuan, untuk kemudian
mencoba menjelaskankan fungsi-fungsinya.
Menurut
Archie J. Bahm suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai science harus memenuhi 6 komponen utama yakni masalah, sikap,
metode, aktivitas, kesimpulan dan pengaruh (efek).
1. Masalah
Tidak semua masalah dianggap ilmia
atau scientific. Suatu masalah dapat
dikatakan ilmiah jika memenuhi setidaknya 3 komponen yaitu communicability (dapat dikomukasikan), sikap ilmiah dan metode
ilmiah.
Suatu masalah tidak dapat dikatakan
ilmiah jika tidak dapat dkomukasikan. Misalnya seorang ilmuan yang menemukan
suatu masalah dan kemudian menganalisisnya secara pribadi untuk jangka waktu
yang lama dan tidak dikomukasikan dengan orang lain belum bisa dikatakan
ilmiah. Suatu masalah dapat dikatakan ilmiah jika masalah itu dapat
dikomukasikan.
Suatu masalah dapat dikatakan ilmiah harus juga
mempunyai cara-cara atau sikap-sikap ilmiah (scientific attitude) dalam menghadapinya. Dan suatu masalah dapat
dikatakan ilmiah jika dapat dilakukan dengan metode-metode ilmiah (scientific method). Sebaliknya, suatu
masalah tidak dapat dikatakan lmiah jika metode-metode ilmiah tidak dapat diterapkan
padanya.
2. Sikap ilmiah (scientific attitude)
Menurut Bahm sikap ilmiah yang dimaksudkan disini harus memenuhi 6 kriteria
yaitu keingintahuan, spekulatif, kesediaan untuk bersikap objektif,
berpandangan terbuka,kesediaan untuk menunda keputusan, dan tentatif (bersifat
sementara).
a. Keingintahuan (curiosity), Keingintahuan ilmiah membahas tentang bagaimana sesuatu
itu ada, bagaimana sifatnya, dan bagaimana hubungannya dengan dengan yang lain.
Tujuan dari keingintahuan ilmiah adalah pemahaman. Keingintahuan ini
selanjutnya akan berlanjut pada pencarian, penelitian, pengujian, eksplorasi,
penjajakan dan eksperimen.
b. Spekulasi (spekulativeness), Spekulatif yang dimaksudkan adalah hubungannya
dengan hipotesis. Hipotesis seorang ilmuan dimana dia harus dapat menerima
kemungkinan pendapatnya tidak terima. Spekulasi ini memeng disengaja dan sangat
diperlukan untuk mengembangkan suatu penelitian. Oleh karenanya spekulatif ini
merupakan unsur esensial dari sikap ilmiah.
c. Kesediaan untuk bersikap objektif (willingness to objective), Kesediaan
disini adalah kesediaan untuk mengikuti keingintahuan ilmiah (scientific curiosity). Kesediaan utuk
dibimbing oleh pengalaman dan penalaran, kesediaan untuk diubah oleh
hasil-hasil penelitia ilmiah, kesediaan untuk mengakui kekeliruan dan bersedia
melakuka perubahan (trial and error)
untuk mencapai keberhasilan final, dan kesediaan untuk terus berusaha memahami
objekn atau masalah hingga dicapai suatu pemahaman (willingness to persist)
d. Berpandangan terbuka (open-mindednes), kesediaan untuk
menerima saran-saran yang relevan, metodologi dan bukti yang berhubungan dengan
suatu masalah.
e. Kesediaan untuk menunda keputusan (willingnes to suspendd judgement), Hingga
bukti-bukti dari suatu hipotesa benar-benar objektif bersedia untuk bersikap
ragu-ragu. Oleh karenanya penundaan kesimpulan ini memerlukan kesabaran.
f. Kesediaan menerima bahwa semua
kesimpulan ilmiah bersifat sementara (tentativity)
3. Metode
Metode ilmiah menurut Bahm ada satu atau banyak. Satu disini
dimaksudkan bahwa metode ilmiah adalah satu dan dapat dipakai dalam setiap
bidang ilmu. Dan banyak adalah masing-masing bidang ilmu memiliki metode
ilmiahnya sendiri, setiap masalah khusus memiliki metode ilmiahnya sendiri dan
bersifat unik.
Adal lima langkah dalam metode
ilmiah yaitu (1) kesadaran akan suatu masalah, (2) menguji masalah, dalam hal
ini dimulai dari observasi masalah (seberapa penting masalah tersebut) hingga
evaluasi dari masalah (mencakup pertanyaan-pertanyaan tentang sebab-sebab
masalah tersebut), (3) tawaran solusi, yakni berupa hipotesa-hipotesa yang
relevan dengan masalah yang dibahas, (4) menguji solusi, mencakup dua hal yakni
uji mental dan operasional. Uji mental membahas mengenai kaitan antara fakta
dan teori ilmiah yang ada, kaitan masalah dengan bukti-bukti yang ada, hingga
hasil uji dapat dikomunikasikan, sedangkan ji operasional dimana hasil uji
dapat di praktikkan atau di tunjukkan/ didemonstrasikan. (5) pemecahan masalah.
4. Aktivitas
ilmu adalah apa yang ilmuan lakukan
dan apa yang ilmuan lakukan sering disebut sebagai “penelitian ilmiah” yang
terbagi mejadi 2 aspek yakni individu dan sosial.
Aspek individual dimana ilmu
pengetahuan adalah suatu aktivitas yang silakukan oleh orang-orang tertentu,
orang orang inilah yang disebut sebaai ’ilmuan”. Sedangkan aspek sosial dimana
ilmu pengetahuan melibatkan lembaga-lembaga ilmiah seperti
unversitas-universitas, lembaga penelitian, pemerintah dan perusahaan.
5. Kesimpulan
Kesimpula adalah pemahaman yan dicapa
sebagai hasil dari emacahan masalah dan merupakan tujuan dari ilmu pengetahuan.
Kesimpula bersifat sementara (tentative)
sesuai dengan sikap ilmiah yang telah dbahas sebelumnya. Suatu pengetuan
sebelumnya dapat menjadi batu pijakan unuk mengembangkannya.
6. Pengaruh (efek)
Ilmu pengetahuan dapat berpengaruh
terhadap teknologi dan industri sebagai ilmu pengetahuan terapan (applied science) dan berpengaruh
terhadap
lingkugan sosial atau peradaban manusia.
Ilmu terapan bisa jadi lebih
berguna dan nyata dibandingkan ilmu murni. Misalnya ilmu tentang obat-obatan
yang berguna dalam bidang kedokteran, maupun pembuatan-pembuatan stailess steel
dalam industri lebih berguna dibanding ilmu matematika dan fisika.
Secara historis, keberadaan lmu
pengetahuan, tekhnologi dan industri telah mengikis dominasi agama (atau
yudaisme, kristen dan islam). Pembagian dunia menjadi negara maju dan
berkembang menimbulkan bagian besar dari perbedaan dalam pengaru ilmu
pengetahuan da tekhnologi terhada kondisi-kondisi sosial, ekonomi, politik,
pendidikan dan kesehatan.
Kebenaran yang dicoba diungkapkan secara
mendalam dengan tidak terlalu menghiraukan aspek kegunaannya paktis
menghasilkan pengetahuan yang disebut ilmu. Pengetahuan itu diungkapkan atas
dasar rasa ingin tahu semata-mata untuk sampai memperoleh kejelasan tentang
mengapa demikian atau apa sebabnya harus demikian. Pengetahuan di dalam ilmu
berusaha mengungkapkan keseluruhan aspek dalam obyeknya, sehingga tidak sekedar
memperhatikan kegunaannya saja. Oleh karena itu, walaupun tampaknya tidak
berguna, suatu objek masih diselidiki dan diungkapkan dengan mencari sebab yang
terdalam tentang obyeknya berdasarkan pengalaman dan alasan-alasan yang masuk
akal. Kebenarannya dicari dan dibuktikan melalui persentuhan indra dengan alam
sekitar untuk menerangkan mengapa obyeknya demikian atau apa sebabnya obyek
tersebut harus demikian. Sejalan dengan uraian tersebut ilmu dapat
didefinisikan secara sederhana sebagai deskripsi data pengalaman yang secara
lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan yang dinyatakan dalam rumusan yang
sesederhana mungkin.
Ilmu selalu mulai dari sesuatu yang
kongkrit atau sesuatu yang dapat diamati dan bersifat individual atau khusus.
Selanjutnya dengan bantuan kemampuan berfikir yang dapat melampaui batas waktu dan
ruang dan statistika, ilmu dapat sampai pada sesuatu yang abstrak dan bersifat
umum. Untuk itu demi obyektivitas ilmu yang diungkapkan, orang harus bekerja
dengan cara-cara dan sikap secara ilmiah. Sifat ilmiah di dalam ilmu dapat
diwujudkan apabila mempunyai obyek, karena kebenaran yang henda diungkapkan dan
dicapai adalah persesuaian antara yang diketahui dengan obyeknya. Berdasarkan
perbedaan obyek formal itu, ilmu dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar
berikut:
1. Ilmu yang obyeknya benda alam dengan
hukum-hukumnya yang relatif bersifat pasti dan berlaku umum disebut ilmu
alam. Obyeknya adalah fakta-fakta alam yang tidak dipengaruhi oleh manusia.
Di samping itu karena hasilnya dirumuskan sebagai kepastian, maka disebut juga ilmu
pasti atau ilmu eksakta.
2.
Ilmu
yang obyeknya dipengaruhi oleh manusia termasuk juga manusia itu sendiri,
sehingga hukum-hukumnya tidak sama dengan hukum-hukum alam karena bersifat
secara relatif kurang pasti disebut ilmu sosial. Bukti kebenaran ilmu
ini tidak dapat direplikasi karena dalam setiap replikasi selalu terdapat
perubahan.
Pengetahuan dan ilmu bukanlah sesuatu
yang statis. Dalam sejarah perkembangannya tampak dengan jelas bahwa
pengetahuan materinya dapat bertambah atau semakin luas dan dapat pula semakin
mendalam. Di samping itu kebenaran yang telah diungkapkanpun selalu dapat diuji
kembali, termasuk juga di lingkungan ilmu alam dan ilmu sosial. Sesuatu yang
dahulu diterima sebagai kebenaran, sekarang atau nanti mungkin saja ditolak karena
ditemukannya bukti-bukti ilmiah baru yang lebih obyektif dan lebih kuat. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa setiap teori atau hukum yang diungkapkan ilmu
sebagai kebenaran, pada dasarnya tidak lebih daripada hipotesis-hipotesis
ilmiah yang selalu dapat diuji kembali. Demikian pula dapat terjadi bahwa
sesuatu yang dahulu atau sekarang dianggap mustahil, ternyata pada ketika yang
lain terungkapkan dan diterima sebagai kebenaran. Dalam sejarah perkembangan
dan kemajuan ilmu sebagai hasil usaha manusia mencari kebenaran ilmiah telah
dikembangkan atau dipergunakan berbagai cara yang semakin lama semakin baik.
Perkembangan metode keilmuan itu sampai saat ini telah menempatkan metode
penelitian sebagai cara yang dipandang paling mampu memberi jaminan ditemukannya
kebenaran yang obyektif. Dengan cara tersebut dimungkinkan pula ditemukannya
kebenaran dalam waktu yang relatif singkat, walaupun tidak berarti bahwa
cara-cara yang lain sebagai metode keilmuan dapat diabaikan.
Tujuan dasar ilmu ialah teori yang dapat
menjelaskan fenomen-fenomen alamiah. Pembahasan tentang tujuan dasar ilmu
pengetahuan ini mungkin dipandang asing atau aneh oleh para calon ilmuwan
(mahasiswa), yang barangkali sudah tertanam dalam mindset-nya suatu gagasan
bahwa kegiatan ilmiah manusia harus membuahkan hasil yang nyata yang setimpal
di bidang praktis. Akan tetapi perlu dimengerti oleh berbagai kalangan, bahwa
tujuan dasar ilmu bukanlah perbaikan kehidupan umat manusia, melainkan
teori. Sayangnya bahwa pernyataan tersebut sungguh-sungguh tidak mudah
dipahami. Para praktisi, yang umumnya bukan ilmuwan, memandang ilmu sebagai
suatu disiplin atau kegiatan yang ditujukan pada perbaikan segala sesuatu pada
kemajuan segala sesuatu.
Pandangan statis, yang tampaknya
telah mempengaruhi kebanyakan orang awam dan mahasiswa, adalah bahwa ilmu
pengetahuan merupakan suatu kegiatan yang memberikan sumbangan berupa informasi
sistematis kepada dunia. Tugas ilmuwan ialah menyingkapkan fakta baru dan
mengimbuhkannya pada tubuh informasi yang telah ada sebelumnya. Ilmu bahkan
dipandang sebagai sehimpun fakta. Dalam pandangan ini, ilmu pengetahuan juga
merupakan suatu cara untuk menjelaskan fenomenfenomen yang teramati. Dengan
demikian, tekanannya adalah pada taraf dan keadaan ilmu pengetahuan yang
sekarang dan peningkatannya, clan pada perangkat hukum, teori, hipotesis, dan
kaidah-kaidah yang sekarang.
Pandangan dinamis melihat ilmu sebagai
suatu kegiatan, yakni hal-hal yang dilakukan oleh para ilmuwan.
Tentu saja, taraf pengetahuan yang tercapai pada suatu saat tertentu itu
penting. Akan tetapi hal itu penting terutama karena merupakan landasan bagi
teori dan penelitian lebih lanjut. Gagasan ini disebut pandangan heuristik. Kata
"heuristic" yang berarti "berfungsi menyingkapkan atau
mengungkapkan", kini memiliki konotasi yang berkaitan dengan penemuan diri
(self-discovery). Pandangan heuristik dalam ilmu pengetahuan menekankan
teori dan skemata konseptual yang saling berkait dan banyak manfaatnya bagi
penelitian lebih lanjut. Tekanan heuristik adalah tekanan pada penemuan atau
penyingkapan. Segi heuristik inilah yang banyak membedakan ilmu pengetahuan
dengan teknik dan teknologi. Berdasarkan dugaan/firasat heuristik, ilmuwan
membuat loncatan yang penuh risiko. Dalam hal ini, ilmuwan harus mempertaruhkan
jengkal demi jengkal dari seluruh kehidupan profesionalnya. Heuristik dapat
pula disebut sebagai pemecahan masalah, namun dengan penekanan pada pemecahan
masalah secara imajinatif, bukan secara rutin. Pandangan heuristik dalam ilmu
pengetahuan mementingkan pemecahan masalah dan bukannya fakta serta himpunan
informasi.
sumber : joko priyono : resensi buku Archie J. Bahm "what is science?" . http://eprints.undip.ac.id. diakses desember 2012
Rahmat Sudarsono : what is science? . http:physicssma5bpp.wodpress.com. diakses desember 2012