Sabtu, 29 Juni 2013

WHAT IS SCIENCE?



Apakah ilmu itu, sungguh merupakan pertanyaan yang tidak mudah dijawab. Jawaban dari pertanyaan tersebut tidaklah sekedar definisi secara langsung, tetapi lebih daripada itu, yaitu lebih pada upaya kita untuk mencari dan membicarakan mengenai ide-ide ataupun gagasan-gagasan dan wawasan-wawasan tentang ilmu pengetahuan, untuk kemudian mencoba menjelaskankan fungsi-fungsinya.
Menurut Archie J. Bahm suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai science harus memenuhi 6 komponen utama yakni masalah, sikap, metode, aktivitas, kesimpulan dan pengaruh (efek).
1.  Masalah
Tidak semua masalah dianggap ilmia atau scientific. Suatu masalah dapat dikatakan ilmiah jika memenuhi setidaknya 3 komponen yaitu communicability (dapat dikomukasikan), sikap ilmiah dan metode ilmiah.
Suatu masalah tidak dapat dikatakan ilmiah jika tidak dapat dkomukasikan. Misalnya seorang ilmuan yang menemukan suatu masalah dan kemudian menganalisisnya secara pribadi untuk jangka waktu yang lama dan tidak dikomukasikan dengan orang lain belum bisa dikatakan ilmiah. Suatu masalah dapat dikatakan ilmiah jika masalah itu dapat dikomukasikan.
Suatu masalah dapat dikatakan ilmiah harus juga mempunyai cara-cara atau sikap-sikap ilmiah (scientific attitude) dalam menghadapinya. Dan suatu masalah dapat dikatakan ilmiah jika dapat dilakukan dengan metode-metode ilmiah (scientific method). Sebaliknya, suatu masalah tidak dapat dikatakan lmiah jika metode-metode ilmiah tidak dapat diterapkan padanya.
2. Sikap ilmiah (scientific attitude)
Menurut Bahm sikap ilmiah yang dimaksudkan disini harus memenuhi 6 kriteria yaitu keingintahuan, spekulatif, kesediaan untuk bersikap objektif, berpandangan terbuka,kesediaan untuk menunda keputusan, dan tentatif (bersifat sementara).
a.       Keingintahuan (curiosity), Keingintahuan ilmiah membahas tentang bagaimana sesuatu itu ada, bagaimana sifatnya, dan bagaimana hubungannya dengan dengan yang lain. Tujuan dari keingintahuan ilmiah adalah pemahaman. Keingintahuan ini selanjutnya akan berlanjut pada pencarian, penelitian, pengujian, eksplorasi, penjajakan dan eksperimen.
b.      Spekulasi (spekulativeness), Spekulatif yang dimaksudkan adalah hubungannya dengan hipotesis. Hipotesis seorang ilmuan dimana dia harus dapat menerima kemungkinan pendapatnya tidak terima. Spekulasi ini memeng disengaja dan sangat diperlukan untuk mengembangkan suatu penelitian. Oleh karenanya spekulatif ini merupakan unsur esensial dari sikap ilmiah.
c.       Kesediaan untuk bersikap objektif (willingness to objective), Kesediaan disini adalah kesediaan untuk mengikuti keingintahuan ilmiah (scientific curiosity). Kesediaan utuk dibimbing oleh pengalaman dan penalaran, kesediaan untuk diubah oleh hasil-hasil penelitia ilmiah, kesediaan untuk mengakui kekeliruan dan bersedia melakuka perubahan (trial and error) untuk mencapai keberhasilan final, dan kesediaan untuk terus berusaha memahami objekn atau masalah hingga dicapai suatu pemahaman (willingness to persist)
d.      Berpandangan terbuka (open-mindednes), kesediaan untuk menerima saran-saran yang relevan, metodologi dan bukti yang berhubungan dengan suatu masalah.
e.       Kesediaan untuk menunda keputusan (willingnes to suspendd judgement), Hingga bukti-bukti dari suatu hipotesa benar-benar objektif bersedia untuk bersikap ragu-ragu. Oleh karenanya penundaan kesimpulan ini memerlukan kesabaran.
f.       Kesediaan menerima bahwa semua kesimpulan ilmiah bersifat sementara (tentativity)
3.  Metode
Metode ilmiah menurut Bahm ada satu atau banyak. Satu disini dimaksudkan bahwa metode ilmiah adalah satu dan dapat dipakai dalam setiap bidang ilmu. Dan banyak adalah masing-masing bidang ilmu memiliki metode ilmiahnya sendiri, setiap masalah khusus memiliki metode ilmiahnya sendiri dan bersifat unik.
Adal lima langkah dalam metode ilmiah yaitu (1) kesadaran akan suatu masalah, (2) menguji masalah, dalam hal ini dimulai dari observasi masalah (seberapa penting masalah tersebut) hingga evaluasi dari masalah (mencakup pertanyaan-pertanyaan tentang sebab-sebab masalah tersebut), (3) tawaran solusi, yakni berupa hipotesa-hipotesa yang relevan dengan masalah yang dibahas, (4) menguji solusi, mencakup dua hal yakni uji mental dan operasional. Uji mental membahas mengenai kaitan antara fakta dan teori ilmiah yang ada, kaitan masalah dengan bukti-bukti yang ada, hingga hasil uji dapat dikomunikasikan, sedangkan ji operasional dimana hasil uji dapat di praktikkan atau di tunjukkan/ didemonstrasikan. (5) pemecahan masalah.
4.   Aktivitas
ilmu adalah apa yang ilmuan lakukan dan apa yang ilmuan lakukan sering disebut sebagai “penelitian ilmiah” yang terbagi mejadi 2 aspek yakni individu dan sosial.
Aspek individual dimana ilmu pengetahuan adalah suatu aktivitas yang silakukan oleh orang-orang tertentu, orang orang inilah yang disebut sebaai ’ilmuan”. Sedangkan aspek sosial dimana ilmu pengetahuan melibatkan lembaga-lembaga ilmiah seperti unversitas-universitas, lembaga penelitian, pemerintah dan perusahaan.
5. Kesimpulan
Kesimpula adalah pemahaman yan dicapa sebagai hasil dari emacahan masalah dan merupakan tujuan dari ilmu pengetahuan. Kesimpula bersifat sementara (tentative) sesuai dengan sikap ilmiah yang telah dbahas sebelumnya. Suatu pengetuan sebelumnya dapat menjadi batu pijakan unuk mengembangkannya.
6. Pengaruh (efek)
Ilmu pengetahuan dapat berpengaruh terhadap teknologi dan industri sebagai ilmu pengetahuan terapan (applied science) dan berpengaruh terhadap
 lingkugan sosial atau peradaban manusia.
Ilmu terapan bisa jadi lebih berguna dan nyata dibandingkan ilmu murni. Misalnya ilmu tentang obat-obatan yang berguna dalam bidang kedokteran, maupun pembuatan-pembuatan stailess steel dalam industri lebih berguna dibanding ilmu matematika dan fisika.
Secara historis, keberadaan lmu pengetahuan, tekhnologi dan industri telah mengikis dominasi agama (atau yudaisme, kristen dan islam). Pembagian dunia menjadi negara maju dan berkembang menimbulkan bagian besar dari perbedaan dalam pengaru ilmu pengetahuan da tekhnologi terhada kondisi-kondisi sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan kesehatan.
Kebenaran yang dicoba diungkapkan secara mendalam dengan tidak terlalu menghiraukan aspek kegunaannya paktis menghasilkan pengetahuan yang disebut ilmu. Pengetahuan itu diungkapkan atas dasar rasa ingin tahu semata-mata untuk sampai memperoleh kejelasan tentang mengapa demikian atau apa sebabnya harus demikian. Pengetahuan di dalam ilmu berusaha mengungkapkan keseluruhan aspek dalam obyeknya, sehingga tidak sekedar memperhatikan kegunaannya saja. Oleh karena itu, walaupun tampaknya tidak berguna, suatu objek masih diselidiki dan diungkapkan dengan mencari sebab yang terdalam tentang obyeknya berdasarkan pengalaman dan alasan-alasan yang masuk akal. Kebenarannya dicari dan dibuktikan melalui persentuhan indra dengan alam sekitar untuk menerangkan mengapa obyeknya demikian atau apa sebabnya obyek tersebut harus demikian. Sejalan dengan uraian tersebut ilmu dapat didefinisikan secara sederhana sebagai deskripsi data pengalaman yang secara lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan yang dinyatakan dalam rumusan yang sesederhana mungkin.
Ilmu selalu mulai dari sesuatu yang kongkrit atau sesuatu yang dapat diamati dan bersifat individual atau khusus. Selanjutnya dengan bantuan kemampuan berfikir yang dapat melampaui batas waktu dan ruang dan statistika, ilmu dapat sampai pada sesuatu yang abstrak dan bersifat umum. Untuk itu demi obyektivitas ilmu yang diungkapkan, orang harus bekerja dengan cara-cara dan sikap secara ilmiah. Sifat ilmiah di dalam ilmu dapat diwujudkan apabila mempunyai obyek, karena kebenaran yang henda diungkapkan dan dicapai adalah persesuaian antara yang diketahui dengan obyeknya. Berdasarkan perbedaan obyek formal itu, ilmu dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar berikut:
1.      Ilmu yang obyeknya benda alam dengan hukum-hukumnya yang relatif bersifat pasti dan berlaku umum disebut ilmu alam. Obyeknya adalah fakta-fakta alam yang tidak dipengaruhi oleh manusia. Di samping itu karena hasilnya dirumuskan sebagai kepastian, maka disebut juga ilmu pasti atau ilmu eksakta.
2.      Ilmu yang obyeknya dipengaruhi oleh manusia termasuk juga manusia itu sendiri, sehingga hukum-hukumnya tidak sama dengan hukum-hukum alam karena bersifat secara relatif kurang pasti disebut ilmu sosial. Bukti kebenaran ilmu ini tidak dapat direplikasi karena dalam setiap replikasi selalu terdapat perubahan.
Pengetahuan dan ilmu bukanlah sesuatu yang statis. Dalam sejarah perkembangannya tampak dengan jelas bahwa pengetahuan materinya dapat bertambah atau semakin luas dan dapat pula semakin mendalam. Di samping itu kebenaran yang telah diungkapkanpun selalu dapat diuji kembali, termasuk juga di lingkungan ilmu alam dan ilmu sosial. Sesuatu yang dahulu diterima sebagai kebenaran, sekarang atau nanti mungkin saja ditolak karena ditemukannya bukti-bukti ilmiah baru yang lebih obyektif dan lebih kuat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa setiap teori atau hukum yang diungkapkan ilmu sebagai kebenaran, pada dasarnya tidak lebih daripada hipotesis-hipotesis ilmiah yang selalu dapat diuji kembali. Demikian pula dapat terjadi bahwa sesuatu yang dahulu atau sekarang dianggap mustahil, ternyata pada ketika yang lain terungkapkan dan diterima sebagai kebenaran. Dalam sejarah perkembangan dan kemajuan ilmu sebagai hasil usaha manusia mencari kebenaran ilmiah telah dikembangkan atau dipergunakan berbagai cara yang semakin lama semakin baik. Perkembangan metode keilmuan itu sampai saat ini telah menempatkan metode penelitian sebagai cara yang dipandang paling mampu memberi jaminan ditemukannya kebenaran yang obyektif. Dengan cara tersebut dimungkinkan pula ditemukannya kebenaran dalam waktu yang relatif singkat, walaupun tidak berarti bahwa cara-cara yang lain sebagai metode keilmuan dapat diabaikan.
Tujuan dasar ilmu ialah teori yang dapat menjelaskan fenomen-fenomen alamiah. Pembahasan tentang tujuan dasar ilmu pengetahuan ini mungkin dipandang asing atau aneh oleh para calon ilmuwan (mahasiswa), yang barangkali sudah tertanam dalam mindset-nya suatu gagasan bahwa kegiatan ilmiah manusia harus membuahkan hasil yang nyata yang setimpal di bidang praktis. Akan tetapi perlu dimengerti oleh berbagai kalangan, bahwa tujuan dasar ilmu bukanlah perbaikan kehidupan umat manusia, melainkan teori. Sayangnya bahwa pernyataan tersebut sungguh-sungguh tidak mudah dipahami. Para praktisi, yang umumnya bukan ilmuwan, memandang ilmu sebagai suatu disiplin atau kegiatan yang ditujukan pada perbaikan segala sesuatu pada kemajuan segala sesuatu.
Pandangan statis, yang tampaknya telah mempengaruhi kebanyakan orang awam dan mahasiswa, adalah bahwa ilmu pengetahuan merupakan suatu kegiatan yang memberikan sumbangan berupa informasi sistematis kepada dunia. Tugas ilmuwan ialah menyingkapkan fakta baru dan mengimbuhkannya pada tubuh informasi yang telah ada sebelumnya. Ilmu bahkan dipandang sebagai sehimpun fakta. Dalam pandangan ini, ilmu pengetahuan juga merupakan suatu cara untuk menjelaskan fenomenfenomen yang teramati. Dengan demikian, tekanannya adalah pada taraf dan keadaan ilmu pengetahuan yang sekarang dan peningkatannya, clan pada perangkat hukum, teori, hipotesis, dan kaidah-kaidah yang sekarang.

Pandangan dinamis melihat ilmu sebagai suatu kegiatan, yakni hal-hal yang dilakukan oleh para ilmuwan. Tentu saja, taraf pengetahuan yang tercapai pada suatu saat tertentu itu penting. Akan tetapi hal itu penting terutama karena merupakan landasan bagi teori dan penelitian lebih lanjut. Gagasan ini disebut pandangan heuristik. Kata "heuristic" yang berarti "berfungsi menyingkapkan atau mengungkapkan", kini memiliki konotasi yang berkaitan dengan penemuan diri (self-discovery). Pandangan heuristik dalam ilmu pengetahuan menekankan teori dan skemata konseptual yang saling berkait dan banyak manfaatnya bagi penelitian lebih lanjut. Tekanan heuristik adalah tekanan pada penemuan atau penyingkapan. Segi heuristik inilah yang banyak membedakan ilmu pengetahuan dengan teknik dan teknologi. Berdasarkan dugaan/firasat heuristik, ilmuwan membuat loncatan yang penuh risiko. Dalam hal ini, ilmuwan harus mempertaruhkan jengkal demi jengkal dari seluruh kehidupan profesionalnya. Heuristik dapat pula disebut sebagai pemecahan masalah, namun dengan penekanan pada pemecahan masalah secara imajinatif, bukan secara rutin. Pandangan heuristik dalam ilmu pengetahuan mementingkan pemecahan masalah dan bukannya fakta serta himpunan informasi.

sumber : joko  priyono : resensi buku Archie J. Bahm "what is science?" . http://eprints.undip.ac.id. diakses desember 2012

Rahmat Sudarsono : what is science? . http:physicssma5bpp.wodpress.com. diakses desember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar